Seluk Beluk Sastra Indonesia
Seluk Beluk Sastra
Indonesia Pada Zaman Jepang dan Zaman Kemerdekaan
(1945)
Masa
penjajahana Belanda berakhir, diganti
oleh penjajah Jepang pada tahun 1942,. Bangsa Indonesia terkukung selalu oleh
para penjajah. Jepang dengan semboyan saudara tua kemerdekaan hanya untuk Timur
Raya dan memberikan harapan dan janji-janji muluk kepada bangsa Indonesia .
harapan dan janji muluk itu , bangsa Indonesia ingin membuktikan kebenarnnya.
Maka banyak pengarang yang ingin bangkit , sehingga kehidupan sastra pada zaman
jepang lebih berkembang. Jepang memberikan kebebasan dan keleluasaan bagi
pencipta karya sastra. Kebebasan memang diberikan Jepang kepada para pengarang,
namun tetap saja karangannnya tidak bisa lepas dari sensor Jepang. Jepang
dengan segenap kemampuan yang ada dalam dirinya mengumpulkan sastrawan –sastrawan
untuk digabungkan dalam sebuah perkumpulan yang diberi nama POSD(perserikatan
oesaha sandiwara jawa). Dengan lahirnya perkumpulan itu terbentuklah
pujangga-pujangga baru yang menghasilkan
karya sastra baru. Para pujangga itu menanamkan dirinya sastrawan angkatan 45.
Para sastrawan digojlok agar bisa menciptakan karya-karya sastra yang bersifat
membangkitkan semangat dan berisi propaganda.
Sastrawan-sastrawan
yang terkenal pada masa ini adalah:
1.
Usmar
Ismail
2.
Rosihin
Anwar
3.
Amal
Hamzah
4.
Dr.
Abu Hanafiah
5.
Maria
Amin
Sastra Indonesia Pada Zaman
Kemerdekaan (1945)
Merupakan lanjutan dari perkembangan
sastra pada zaman Jepang. Pada zaman
kemerdekaan itu bahasa Indonesia pemakaianny lebih mantap dan lebih intensif.
Dengan sendirinya sastra pun turut mengikuti perkemangan , sehingga sastra pada
zaman kemerdekaan lebih memperlihatkan perkembangan dan kematangannya.
Bab v
PERIODE SASTRA INDONESIA
A.Pendahuluan
Sastra menurut bentuknya dapat dibagi dua
yakni sastra yang berbentuk prosa dan sastra yang berbentuk puisi. Selain itu
sastra menurut zamannya berarti sastra itu pembagiannya berdasarkan zamannya
yang disebutdengan istilah periodesisasi sastra. Periode sastra adalah membagi
sastra dalam beberapa periode atau beberapa zaman
Dasar-dasar
pembagian golongan /periodesisasisastra Indonesia harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Misalnya :
a.
Harus
meninjau bahasa yang dipergunakan dalam sastra itu.
b.
Harus
meninjau tema cerita dari karya sastra yang dihasilkannya.
c.
Harus
meninjau bentuk hasil karyanya.
d.
Harus
meninjau siapa sastrawannya,dan bagaimana sifat karya sastranya.
Dasar-dasar itulah yang menjadi pegangan untuk
menggolong-golongkan karya sastra, untuk setiap angkatan. Tiap-tiap angkatan
mempunyai cirri-ciri tersendiri:
a.
Angkatan
balai pustaka, bahasannya masih bahasa melayuyang keminangkabau-kabauan ;masih
menggunakan bahasa klise(bahasa tiruan): bentuk prosanya masih bentuk
roman;bentuk puisinya masih berbentuk syair dan pantun;sastrawannya masih
hamper seluruhnya orang Sumatera(Minangkabau);tema ceritanya masih terkungkung
dalam masalah adat setempat,kawin paksa, atau pertentangan terhadap adat lama.
b.
Angkatan
pujangga baru ,bahasa yang dipergunakannya bahasa Indonesia; bahasa klise sudah
ditinggalkan; sastrawan bukan hanya berasal dari Sumatera saja tapi berasal
dari seluruh Nusantara; tema ceritanya sudah lebih maju mengarah kepada
kehidupan kota, kehidupan kaum intelek , dan imansipasi; bentuk prosanya sudah
bertambah tidak hanya roman saja tetapi ditambah dengan novel ; bentuk puisi
sudah bentuk puisis baru misalnya sonata ; sastrawannya dipengaruhi sastrawan
angkatan 80 dari Belanda ; corak idealism bahasa pilihan kata-kata sudah baik, bentuk
dan isi sama-sama dipentingkan.
c.
Angkatan
45 bahasa yang dipergunakan sudah singkat, padat dan berisi ; lahir pada perang
revolusi ; isi dan bentuk lebih dipentingkan ; bentuk prosanya novel dan cerpen
; bentuk puisinya sajak bebas ; mendapat pengaruh dari sastra dunia ; sehingga
sastra Indonesia pun menjadi milik dunia ; bercorak realisme (kenyataan) dan ekspresionisme (
curahan jiwa).
d.
Angkatan
66 angkatan ini timbul sebagai proses sosial dan politik terhadap orde lama ;
bersifat ketuhanan dan anti komunis ; aktivitasnya sejalan dengan pancasila ;
berjuang menghilangkan hukum rimba, menegakkan keadilan dan kebenaran. Sekarang
timbul lagi angkatan baru yang dinamakan angkatan sesudah periode 66. Angkatan
ini sering disebut angkatan kontemporer.
e.
Angkatan
kontemporer lahir pada tahun 1970-an ;
pelopornya Sutardji Calzoum Bahri ; kata-kata bukanlah alat untuk mengantarkan
pengartian ,tapi kata adalah itu sendiri ; merupakan hasil pembaharuan dari puisi-puisi
yang ada sebelumnya; temanya perkembangan kesadaran diri atau emosi pribadi;
merupakan angkatan sesudah angkatan 66 ; meninggalkan nilai etik dan estetis
menurut pola lama ; bahasa yang digunakkannnya kurang memperhatikan sopan
santun berbahasa (jorok) ; kata-kata simbolik, lambanh-lambang imajinatif dan
intuitif sudah dianggap tidak penting lagi.
B. Berbagai Pendapat Tentang Periode
Sastra Indonesia
Untuk mengelompokkan
dan menggolongkan karya sastra dari sastrawan itu tidak mudah. Banyak
aturan-aturan yang harus ditelusuri, misalnya harus mengetahui cirri-ciri dari
karya sastra yang dihasilkannya. Sebagaimana telah dijelaskn pada uraian
terdahulu. Kalau cirri-ciri karya sastra yang telah dihasilkan oleh para
sastrawan telah ditemukan tentu akan mudah untuk mengklasifikasikan, terasuk
pada periodesasi mana karya tersebut.
Untuk menentukan periode sastra itu banyak
pendapat satu sama lain berbeda memberikan nama periodesasinya.
1.
Usman
Effendi memberikan pembagian amat sederhana, misalnya:
a.
Kesusasteran
lama ……….. 1920
b.
Kesusateraan
baru ……….. 1920-1945
c.
Kesusasteraan
modern ……. 1954-sekarang
Usman Effendi
berpandangan bhw kesusasteraan melayu merupakan kesusasteraan yang mula-mula,
sebab bahasa indonesi merupakan lanjutan dari bahasa melayu.
2.
Sabaruddi
Ahmad membaginya sebagai berikut.
a.
Kesusatraan
lama
1)
Dinamisme
2)
Hinduisme
(pengaruh Hindu)
3)
Islamisme
(pengaruh Islam
b.
Kesusasteraan
baru
1)
Masa
Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi
2)
Mas
balai pustaka
3)
Masa
pujangga baru
4)
Masa
angkatan 45
3.
Zuber
Usman berpendapat sebagai berikut:
a)
Kesusasteraan
lama
b)
Zaman
peralihan
c)
Kesusasteraan
baru:
1)
Zaman
Balai Pustaka(1908)
2)
Zaman
Pujangga Baru (1933)
3)
Zaman
Jepang (1942)
4)
Zaman
Angkatan 45 (1945)
4.
B.
Simorangkir Simanjuntak berpendapat sebagai berikut:
a) Masa lama. (purba), meliputi
cerita,do’a,mantera,silsilah,adat dan kepercayaan
b) Masa Hindu Arab, kesusasteraannya
meliputi:
1) Cerita Asal Manusia,alam,dan agama
2) Cerita pengajaran tentang agama islam
dan keadaan di negeri asing
3) Cerita silsilah keluarga
4) Cerita pengajaran yang mendidik rakyat
5) Cerita pelipur lara
c) Masa baru, dari mulai zaman Abdullah Bin
Abdulkadir Munsyi sampai perang dunia
kedua meliputi:
1) Cerita telah dibukukan
2) Lahirnya buku-buku cerita bahasa
Indonesia pada zaman balai pustaka
3) Cerita yang dipengaruhi oleh cita-cita
kebangsaan akibat penaruh kesustraan barat dan kelahiran pujangga baru
d) Masa mutakhir, dari tahun 1930-sekarang
meliputi;
1) Cerita curahan dari para pendekar bangsa
(zaman Jepang)
2) Cerita yang isi dan susunannya bercorak
revolusi
3) Cerita yang mengikuti aliran seperti di
Barat :romantis,simbolik dan sebagainya.
5. Yus Badudu pendapatnya sebagai berikut :
a) Kesusasteraan lama dengsn angkatan
lamanya:
1) Kesusasteraan masa purba
2) Kesusasteraan masa hindu islam
b) Kesusasteraan masa peralihan dengan
angkatan pilihannya
1) Abdullah Bin Abdulkadir Munsyi
2) Angakatan Balai Pustaka
c) Kesusasteraan baru dengan angkatan
barunya:
1) Angkatan pujangga baru
2) Angkatan modern
3) Angkatan muda
6. H.B Yassin pendapatnya sebagai berikut:
a) Sastra melayu
b) Sastra Indonesia modern;
1) Angkatan 20
2) Angkatan 33
3) Angkatan 45
4) Angkatan 66
7. Ayip Rosidi pendapatnya sebagai berikut:
a) Masa kelahiran atau masa kejadian (awal
abad XX-1945)
1) Periode awal abad XX-1933
2) Periode 1933-1942
3) Periode 1942-1945
b) Masa perkembangan sejak 1945-kini
1) Periode 1945-1953
2) Periode 1953-1960
3) Periode 1960-kini
8. Nugroho Noto Susanto pendapatnya sebagai
berikut:
a) Sastra melayu lama
b) Sastra Indonesia modern
1) Periode 1920
2) Periode 1933
3) Periode 1942
c) Masa perkembangan:
1) Periode 1945
2) Periode 1950
Dari delapan pendapat diatas ternyata kalau disimpulkan terdapat
persamaan didalam memberikan pembabakannya misalnya:
1) Sastra Indonesia klasik sampai tahun
1920
2) Masa kebangkitan 1920-1945:
a) Periode 1920 (balai pustaka)
b) Periode 1933 (angkatan pujangga baru)
c) Periode 1942 (semasa Jepang)
3) Sastra masa perkembangan 1945-kini :
a) Periode 1945
b) Periode 1950
c) Periode 1966
C. Sastra Indonesia Lama( Sebelum Tahun
1920)
Yang dimaksud dengan kesusatraan lama itu adalah kesusastraan yang
dilahirkan sebelum Abdullah Bin
Abdulkdir Munsyi ,kesustraan lama itu lahir diperkirakan tahun 1500 setelah
agama islam masuk ke Indonesia sampai abad X1X.
D. Kedudukan Abdullah Bin Abdulkdir
Munsyi
Abdulah termasuk tokoh yang
kontropersial. Bermacam-macam pendapat orang tentang dirinya . apakah dia masuk
sastrawan Indonesia atau tidak. Zuber usman mengatakan: “zaman
Abdullah,”merupakan penutup zaman lama dan Abdullah dapat diumpamakan sebagai
cahaya fajar zaman baru, yng mulai menyingsingkan sinarnya diupuk zaman itu.
Berbagai pendapat orang tentang diri dan buah tangannya. Ada yang memandangnya
sebagai seorang asing yang menaruh perhatian kepada bahasa dan kesusasteraan
melayu. Ada yang mencapnya sebagai seorang yang terlalu memihak kepada inggris,
yang memuji-muji orang inggris setinggi langit sebaliknya selalu mengajak dan mencela
orang melayu terutama raja-rajanya. Dalam karangan-karangannya Abdullah selalu
mempertentangkan kegiatan, ketelitian, kemajuan, serta kelebihan orang inggris
dengan kemalasan, kebodohan, kemundurn serta keangkuhan turunan raja-raja
melayu pada akhir zaman keruntuhan kebesaran raja-raja melayu itu. Ada yang
menyatakan bahwa Abdullah tiada mempunyai kesadaran nasional, mungkin karena ia
berasal dari kalangan peranakan bukan berdarah melayu asli, dengan alasan
karena ia mengejek atau merendahkan apa yang ada pada bangsa melayu dan
sekan-akan dalam segala tindakannya ia berusaha membantu orng inggris bahkan
menjadi pemuja inggris.”
Dra.b.simorangkir sampai simanjuntak
mengatakan: “dengan Abdullah lampaulah zaman kesusasteraan istana. Jadi
kesusasteraan istana beralih lah kepada kesusasteran borjuis yang berlau
kira-kira pertengahan abad 19.”
Armyin pane mengatakan : “melalui
abdullh dan pers terjadi proses baru yang dipupuk oleh folklectuwe menghasilkan
roman baru.”
Dr. gonda mengatakan : “melalui Abdullah
sebagai orang yang mencoba merombak dlam cara cerita klise tanpa pribadi yang
semakin membeku dalam bahasa dan isi.”
Anas ma’ruf mengatakan: “ Abdullah
dianggap sebagai tokoh pembuka periode dalam kesusasteraan melayu.”
Wilkinson dan winstedt
mengatakan:”Abdullah telah memenuhi suatu fungsi yang berarti dalam
perkembangan kesusasteraan melayu.”
Kalau
di Malaysia karya-karya Abdullah dengan sendirinya
dianggap sebagai karya sastra Malaysia modern, maka di Indonesia tidak denikian
halnya. Kesusasteraan Indonesia modern biasanya dimulai pada zaman balai
pustaka, karya-karya Abdullah hanya dianggap sebggaisastra melayu lama atau
paling banter termasuk sastra peralihan antara yang lama dan yang baru.
Abdullah membawa pembaharuan
dari segi bentuk dan isi. Pembaharuan yang dibawa oleh Abdullah dari segi
bentuk sebenarnya hampir tidak ada
perubahan atau pembaharuan yang dibawa oleh Abdullah. Ia masih tetap
menggunakan bentuk syair seperti “Singapura Dimakan Api”. Juga ia masih
menggunakan hikayat. Bahasannya juga seperti bahasa hikayat atau cerita sastra
lama, jauh berbeda misalnya dengan bahasa yang dipakai oleh zaman Balai
pustaka.
Dibidang istilah sesungguhnya
pembaharuan yang dibawa oleh Abdullah” telah terjadi suatu perubahan besar. Abdullah
telah keluar dari kebiasaan lama yang menceritakan keadaan yang gaib-gaib yang
bermain dialam khayal dan mimpi kedunia yang nyata,riel dan dapat dialami
setiap hari. Disamping itu Abdullah yang pertama sekali menggunakan bahasa
sehari-hari dalam karya-karyanya. Bahasanya sudah banyak terpengaruh oleh
bahasa lisan dan bahasa asing. Sudah mulai banyak ungkapan lama yang
ditinggalkannya, juga bahasa berirama yang banyak diulang-ulang untuk
melukiskan suatu peristiwa. Mulailah ia memakai ungkapan-ungkapan baru seperti
“Lembu punya susu sapi punya nama”.
Ia telah menceritakan kejadian-kejadian
yang benar-benar terjadi di alam sekitarnya jadi tidak lagi menceritakan alam
gaib, dongeng ataupun mite. Ia berpijak dibumi nyata dan tentang manusia yang
punya suka duka, rasa kagum, ngeri dan gembira. Abdullah sudah bicara tentang
rakyat jelata, rakyat dipasar-pasar ,dipinggir jalan,dikedai kopi, dan bukan
lagi tentang raja-raja ,permaisuri, putra bangsawan dan lain-lain.
Selain dari pada mencatat apa yang
dilihatnya dengan mata kepala sendiri dan apa yang didengarnya dengan telinga
sendiri juga ia telah berani memberi
komentar atau memberi pendapat tentang apa yang dilihat dan didengarnya. Jadi
Abdullah telah mengemukakan kritik sosial tehadap masyarakatnya.
Ia telah berani mengkritik sultan dengan ucapannya:
“Adapun tambunanya itu sampai terlampaulah daripada adat sehingga kelihatan
empat persegi serta dengan pendeknya menjadi tiada berketahuan rupa, lagi kepalanya
kecil dan lehernya tenggelam oleh sebab sangat tambunnya kelihatan tiada
berleher dan mukanya dan matanya juling dan hidungnya sederhana dan mulutnya
luasdadnyabidang.”
Jadi berbeda sekali dengan karya-karya
tradisional yang melukiskan raja atau permaisuri atau putri dengan segala puji
dan sanjungan. Pada karya-karya Abdullah malahan raja menjadi sasran kritik
yang tajam .
Apakah yang mendorong Abdullah
menggunakan pembaharuan itu ?ada tiga hal penting yang dapat kita kemukakan
dalam hal ini.
1.
Keadaan zaman dan alam sekitarnya
Kita
tahu kota Singapura merupakan kota pelabuhan yang merupakan tempat
persinggahan kapal dari seluruh dunia pula. Boleh kita katakan Singapura
adalah kota metropolitan. Daerah singapura sendiri sudah tidak berada dibawah
kekuasaan raja-raja melayu lagi. Karena zaman dan alam sekitarnya, Abdullah tidak terikat
lagi kepada tradisi kebudayaan melayu. Abdullah juga berkesempatanbertemu
dengan orang-orng barat yang sangat besar pengaruhnya terhadap dirinya dan
pandangannya seperti Raffles dan Milne. Orang Barta telah membawa nilai-nilai
kebudayan baru dan cara-cara kerja dan hidup baru bagi Abdullah.
2.
Keadaan
keluarganya
Ia berasal dari
keluaga yang kaya dan terpelajar. Ayahnya seorang pedagang dan juga guru agama.
Ia juga banyak mengmbil upah dari menulis surat untuk pedagang –pedagang. Dari
kecil ia telah dididik dalam lingkungan ilmu. Selain belajar Al-qur’an dan
hal-hal keagamaan ia juga belajar bahasa melayu dan bahasa keling. Tatkala ia sudah pandai ayahnya mnyuruh dia
menyalin buku dalam bahasa melayu dan bahsa arab. Juga pernah dia bekerja sebagai sebagai pegawai Raffles dan
mengumpulkan naskah-naskah sasra melayu lama. Ia pernah jadi guru bahasa melayu
dan banyak membantu menterjemahkan buku dari bahasa asing kedalam bahasa bahasa
melayu. Pengalaman-pengalaman ini memberikan kepadanya bekal pengetahuan untuk
penulisan karya-karya selanjutnya.
3.
Faktor
bakat
Ia berbakat
besar menjadi penulis. Hal ini jelas nampak dalam karya-karyanya . ia pandai
memilih masalah-masalah yang menarik dan menuliskannya dengan gaya bercerita
yang memikat hati. Mulai dari perkenalan ke perkembangan sampai kepenyelesaian.
Hal ini jelas terlihat pada gaya yang dipergunakan pada waktu melukiskan
kejatuhan singapura ketangan inggris .
Hubungan
Abdullah dengan kepengarangan orang di Indonesia .
Pada dasanya
Abdullah hanya mengadakan renovasi , sedangkan penulis-penulis Indonesia
mengadakan innovasi, sebagai akibat pertemuannya dengan sastra Barat. Yang
menjadi soal sekarang ialah apakah ada hubungan langsung antara Abdullah dengan
perkembangan sastra indonesi? Sukar kita mencari bukti tentang hal ini.
Perkembngan di Indonesia bukanlah lanjutan langsung dari Abdullah, karena besar
sekali perbedaan aantara Abdullah dengn hasil-hasil balai pustaka. Perkembangan
di Indonesia akibat pertemuan langsung antara penulis-penulis Indonesia dengan
karya-karya sastra Eropa. Kita tahu Abdullah meninggal dunia tahun 1854
sehingga terlalu jauh jarak waktunya dengan perkembangan sastra di Indonesia
sekitar tahun 1900 sampai dengan 1920. Maka ada kekosongan yang cukup lama.
Juga perlu kita ingat sesudah Abdullah masih terdapat kehidupan sastra di
Sumatera yang dikerjakan oleh Raja Ali Haji. Jadi Abdullah berdiri sendiri,
terpencil, tidak berkelanjutan dan tidak mempengaruhi secara langsung
perkembangan sastra di Indonesia.
hebat!
BalasHapus