STRUKTURAL GENETIK



STRUKTURAL GENETIK
                                                                                                                                                                                           

DISUSUN OLEH:
DIANSYAH RAMADHAN
DIO ARISTAMA
DWI SITI PRATIWI
ENISA LISTIANI
FITRAH TRI DARMAYANTI

SEMESTER 1.A



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS BENGKULU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan YME, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “STRUKTURAL GENETIK”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Teori Sastra.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.


Bengkulu, September 2013


Tim Penulis







DAFTAR ISI

I.              KATA PENGANTAR...............................................................          2
II.            DAFTAR ISI..............................................................................          3
III.           BAB I PENDAHULUAN..........................................................          4
A.   Latar Belakang...................................................................          4
B.   Rumusan Masalah............................................................          5
C.   Tujuan..................................................................................          5
IV.          BAB II PEMBAHASAN...........................................................          6
1.    STRUKTURALISME GENETIK........................................          6
2.    KONSEP-KONSEP STRUKTURAL GENETIK.............          8
3.    METODE DIALEKTIK....................................................       13
4.    APRESIASI TEORI STRUKTURALISME-GENETIK....        14
V.           BAB III PENUTUP...................................................................        15
1. Kesimpulan...........................................................................        15
VI.       DAFTAR PUSTAKA..........................................................       16










BAB I

PENDAHULUAN

Ø  Latar Belakang

Pada pandangan dunia yang menghubungkan karya sastra dengan kehidupan masyarakat. Terdapat latar belakang sejarah, zaman dan sosial masyarakat turut mengkondisikan terciptanya karya sastra baik dari segi isi atau segi bentuk dan strukturnya. Hal ini desebabkan oleh kenyataan bahwa pandangan dunia itu sendiri oleh Strukturalisme Genetik dipandang sebagai produk dari hubungan antara kelompok sosial yang memilikinya dengan situasi sosial dan ekonomi pada saat tertentu (Goldmann dalam Faruk, 1999a:13). Oleh karena itu, sastra pada dasarnya juga merupakan kegiatan kebudayaan atau peradaban dari setiap situasi, masa atau zaman saat sastra itu dihasilkan. Dengan situasi inilah, tidak dapat dipungkiri bahwa sastra adalah pemapar unsur-unsur sosiokultural demi memberi pemahaman nilai-nilai budaya dari setiap zaman atau perkembangan zaman itu sendiri. Goldmann berpandangan bahwa kegiatan kultural tidak bisa dipahami di luar totalitas kehidupan dalam masyarakat yang telah melahirkan kegiatan itu; seperti halnya kata tidak bisa dipahami di luar ujaran (Damono, 1979:43). Jadi, pada dasarnya sastra juga mengandung nilai-nilai historis, sosiologis, dan kultural.












A.      Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengertian, pembagian dan peranan dari STRUKTURAL GENETIK?
2. Pengertian dari KONSEP-KONSEP STRUKTURAL GENETIK?
3. Bagaimana pemahamanMETODE DIALIKTIK?
4.Bagaimana APRESIASI TERHADAP TEORI STRUKTURALISME-GENETIK?

B.     Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian, pembagian dan peranan dari STRUKTURAL    GENETIK
2. Untuk mengetahui pembagian KONSEP-KONSEP STRUKTURAL GENETIK.
3. Untuk mengetahui pemahaman METODE DIALEKTIK.
4. Untuk memahami APRESIASI TERHADAP TEORI STRUKTURALISME-GENETIK









BAB II
PEMBAHASAN

v  STRUKTURALISME GENETIK

Ø  Pengertian
Jika di cermati, teori strukturalisme-genetik Lucien Golmann mirip dengan Swingewood. Ini tidak dapat dilepaskan dari kelahiran tokoh sastra ini memang berasal dari aliran Marxisme,yang masih berbicara mengenai perbedaan kelas. Berkaitan dengan konsep mereka, teori Goldmann da Swingwood masih memilikiperbedaan-perbedaan tertentu. Perbedaan-perbedaan tersebut dilihat dari konsep-konsep pandangan dunia danmetode dialektik yang menggunakan Goldmann.

Strukturalisme genetik merupakan teori di bawah payung sosiologi sastra. Strukturalisme genetik lahir dari seorang sosiolog Perancis, Lucien Goldmann. Kemunculannya disebabkan, adanya ketidakpuasan terhadap pendekatan strukturalisme, yang kajiannya hanya menitikberatkan pada unsur-unsur instrinsik tanpa memperhatikan unsur-unsur ekstrinsik karya sastra, sehingga karya sastra dianggap lepas dari konteks sosialnya.


Strukturalisme genetik mencoba untuk memperbaiki kelemahan pendekatan Strukturalisme, yaitu dengan memasukkan faktor genetik di dalam memahami karya sastra. Strukturalisme Genetik sering juga disebut strukturalisme historis, yang menganggap karya sastra khas dianalisis dari segi historis. Goldmann bermaksud menjembatani jurang pemisah antara pendekatan strukturalisme (intrinsik) dan pendekatan sosiologi (ekstrinsik).


Dari sudut pandang sosiologi sastra, strukturalisme genetik memiliki arti penting, karena menempatkan karya sastra sebagai data dasar penelitian, memandangnya sebagai suatu sistem makna yang berlapis-lapis yang merupakan suatu totalitas yang tak dapat dipisah-pisahkan (Damono, 1979:42). Hakikatnya karya sastra selalu berkaitan dengan masyarakat dan sejarah yang turut mengkondisikan penciptaan karya sastra, walaupun tidak sepenuhnya di bawah pengaruh faktor luar tersebut. Menurut Goldmann, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal karya sastra yang bersangkutan (Faruk, 1999b:12). Goldmann percaya pada adanya homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat sebab keduanya merupakan produk di aktivitas strukturasi yang sama (Faruk, 1999b:15).

Pada perkembangannya strukturalisme genetik juga dipengaruhi oleh ilmu seorang marxis, yaitu George Lukacs. Menurut Goldmann strukturalisme genetik memandang struktur karya sastra sebagi produk dari struktur kategoris dari pemikiran kelompok sosial tertentu (Faruk, 1999a:12). Kelompok sosial itu mula-mula diartikan sebagai kelompok sosial dalam pengertian marxis (Faruk, 1999a:13-14).


































1.     KONSEP-KONSEP STRUKTURALISME-GENETIK

·         Konsep Fakta Kemanusiaan
Fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia, baik yang verbal maupun fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan (Faruk, 1999b:12). Aktivitas atau perilaku manusia harus menyesuaikan kehidupan dengan lingkungan sekitar. Individu-individu berkumpul membentuk suatu kelompok masyarakat. Dengan kelompok masyarakat manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk beradabtasi dengan lingkungan.
Dengan meminjam teori psikologi Pioget, Goldmann (dalam Faruk, 1999b:13), menganggab bahwa manusia dan lingkungan sekitarnya selalu berada dalam proses strukturasi timbal balik yang saling bertentangan tetapi yang sekaligus saling isi-mengisi. Oleh karena itu, fakta kemanusiaan merupakan struktur yang bermakna. Menurut Endraswara (2003:55) semua aktivitas manusia merupakan respon dari subjek kolektif atau individu dalam situasi tertentu yang merupakan kreasi untuk memodofikasi situasi yang ada agar cocok dengan aspirasi, sehingga dalam hal ini manusia memiliki kecenderungan untuk berperilaku alami karena harus menyesuaikan dengan alam semesta dan lingkungannya. Oleh karenanya, fakta kemanusiaan dapat bersifat individu atau sosial.
Damono (1979:43) berpendapat, untuk menelaah fakta-fakta kemanusiaan baik dalam strukturnya yang esensial maupun dalam kenyataannya yang kongkrit membutuhkan sutau metode yang serentak bersifat sosiologis dan historis. Dengan fakta kemanusiaan dapat diketahui bahwa sastra merupakan cermin dari pelbagai segi struktur sosial maupun hubungan kekeluargaan.
·         Konsep Subjek Kolektif
Subjek kolektif merupakan bagian dari fakta kemanusiaan selain subjek individual. Fakta kemanusiaan muncul karena aktivitas manusia sebagai subjek. Pengarang adalah subjek yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Oleh karenanya di dalam masyarakat terdapat fakta kemanusiaan.
Karya sastra diciptakan oleh pengarang. Dengan demikian karya sastra lebih merupakan duplikasi fakta kemanusiaan yang telah diramu oleh pengarang. Semua gagasan pengarang dapat dikatakan sebagai perwakilan dari kelompok sosial. Oleh sebab itu pengkajian  terhadap karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan pengarang untuk mendapat makna yang menyeluruh. Menurut Juhl (dalam Iswanto, 2001:60) bahwa penafsiran terhadap karya sastra yang mengabaikan pengarang sebagai pemberi makna akan sangat berbahaya, karena penafsiran tersebut akan mengorbankan ciri khas, kepribadian, cita-cita, juga norma-norma yang dipegang teguh oleh pengarang tersebut dalam kultur sosial tertentu.
Subjek kolektif adalah kumpulan individu-individu yang membentuk satu kesatuan beserta aktivitasnya. Goldmann (dalam Faruk, 1999:15) menspesifikasikannya sebagai kelas sosial dalam pengertian marxis, sebab baginya kelompok itulah yang terbukti dalam sejarah sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan dan yang telah mempengaruhi perkembangan sejarah umat manusia.
·         Konsep Pandangan Dunia
Goldmann juga mengembangkan konsep mengenai pandangan dunia yang dapat terwujud dalam karya sastra dan filsafat. Menurutnya, struktur kategoris yang merupakan kompleks menyeluruh gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok sosial yang lain disebut pandangan dunia (Faruk, 1999a:12).
Pemahaman terhadap karya sastra adalah usaha memahami perpaduan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk atau totalitas kemaknaan. Setiap karya sastra yang penting mempunyai struktur kemaknaan (Strukture Significative), karena menurut Goldmann, struktur kemaknaan itu merupakan struktur global yang bermakna dan mewakili pandangan dunia (vision du monde, world vision). Penulis tidak sebagai individu, tetapi mewakili golongan (kelas) masyarakat (Satoto, 1986:175).
Pada gilirannya pandangan dunia itulah yang menghubungkan karya sastra dengan kehidupan masyarakat. Latar belakang sejarah, zaman dan sosial masyarakat turut mengkondisikan terciptanya karya sastra baik dari segi isi atau segi bentuk dan strukturnya. Hal ini desebabkan oleh kenyataan bahwa pandangan dunia itu sendiri oleh Strukturalisme Genetik dipandang sebagai produk dari hubungan antara kelompok sosial yang memilikinya dengan situasi sosial dan ekonomi pada saat tertentu (Goldmann dalam Faruk, 1999a:13). Oleh karena itu, sastra pada dasarnya juga merupakan kegiatan kebudayaan atau peradaban dari setiap situasi, masa atau zaman saat sastra itu dihasilkan. Dengan situasi inilah, tidak dapat dipungkiri bahwa sastra adalah pemapar unsur-unsur sosiokultural demi memberi pemahaman nilai-nilai budaya dari setiap zaman atau perkembangan zaman itu sendiri. Goldmann berpandangan bahwa kegiatan kultural tidak bisa dipahami di luar totalitas kehidupan dalam masyarakat yang telah melahirkan kegiatan itu; seperti halnya kata tidak bisa dipahami di luar ujaran (Damono, 1979:43). Jadi, pada dasarnya sastra juga mengandung nilai-nilai historis, sosiologis, dan kultural.
Goldmann (dalam Satoto, 1986:176) menyatakan bahwa pandangan dunia ini  disebut sebagai suatu bentuk kesadaran kelompok kolektif yang menyatukan individu-individu menjadi suatu kelompok yang memiliki identitas kolektif. Menurut Goldmann, karya sastra, namun demikian, bukan refleksi dari suatu kesadaran kolektif yang nyata dan ada, melainkan puncak dalam suatu level koherensi yang amat tinggi dari kecenderungan-kecenderungan khusus bagi kelompok tertentu, suatu kesadaran yang harus dipahami sebagai suatu realitas dinamik yang diarahkan ke satu bentuk keseimbangan tertentu (Faruk, 1999b:33). Pandangan dunia bukan merupakan fakta empiris yang langsung, tetapi lebih merupakan struktur gagasan, aspirasi dan perasaan yang dapat menyatukan suatu kelompok sosial masyarakat.
·         Konsep Genetik-Struktural
Teori strukturalisme genetik adalah salah satu cabang sosiologi sastra yang memberi perhatian kepada perpaduan struktur teks, konteks sosial dan pandangan dunia pengarang. Perhatian strukturalisme genetik tidak hanya pada unsur-unsur instrinsik karya sastra, tetapi juga pada keterkaitan karya sastra dan unsur genetiknya yang pengarang dan sejarah.

Teori strukturalisme genetik bermula dari tiga fundamental perilaku manusia yang merupakan hakikat hubungan manusia dengan lingkungannya.
Tiga ciri itu adalah (1) adanya kecendrungan manusia menyesuaikan diri terhadap realitas lingkungannya sehingga sifat hubungan tersebut rasional dan bermakna; (2) adanya kecendrungan terhadap konsisten menyeluruh, pada penciptaan bentuk-bentuk struktural; (3) adanya sifat dinamik, misalnya kecendrungan mengubah dan mengembangkan struktur tersebut.

Pemahaman karya satra yang didasarkan pendekatan strukturalisme-genetik tidak mungkin dilakukan tanpa pertimbangan faktor-faktor sosial yang melahirkannya, sebab faktor-faktor tersebut memberi kepaduan pada struktur karya sastra. Faktor-faktor sosial itu adalah norma-norma atau nilai-nilai yang diambil dari masyarakat yang sudah dibingkai menurut fakta dalam struktur sosial.









·         Konsep Pandangan Dunia Pengarang
Goldmann menyampaikan bahwa pandangan dunia(word view) merupakan sesuatu pemahaman total terhadap dunia dengan segala kerumitan dan keutuhannya.

Pandangan dunia itu oleh strukturalisme-henetik dipandang sebagai produk hubungan antara kelompok sosial yang memilikinya dengan situasi sosial dan ekonomi pada saat tertentu.
Goldmann mengisyaratkan bahwa analisis yang dilakukan bukan terletak pada isi(contents), melainkan lebih pada struktur.dari struktur cerita itu kemudian dicarilah jaringan-jaringan yang membentuk kesatuan.

Menurut Goldmann, pandangan dunia tidaklahir secaara tiba-tiba. Menurutnya,karya sastra sebagai produk penstruktur pandangan dunia sehingga cendrung membentuk struktur yang koheren dan sebagai produk interaksi antara subjek kolektifdengan situasi sekitarnya.

Pandangan dunia menghubungkan karya sastra karya sastra dengan kehidupan masyarakat yang memiliki situasi dan ekonomi pada saat tertentu sehingga terwujud perpaduan antara struktur dalam teks,karya sastra dengan struktur konteksnya yang disebut struktur global.

·         Konsep “Pemahaman-Penjelasan”
Goldmann menjelaskan tentang metodenya itu: untuk bisa realistis, sosiologi harus bersifat historis; demikian juga sebaliknya, untuk bisa ilmiah dan realistis, penelitian sejarah harus sosiologis (Damono, 1979:43). Dengan demikian, strukturalisme genetik merupakan teori alternatif untuk menganalisis karya sastra yang antara historis dan sosiologis dapat dilakukan secara berkaitan.
Karya sastra harus memiliki kepaduan antara struktur yang satu dengan yang lain. Unsur luar maupun unsur dalam sama-sama memiliki arti penting di dalam membangun karya sastra. Kepaduan dari kedua unsur tersebut memberi kelengkapan, bahwa karya sastra tidak hanya dapat dilihat dari dalam (teks) sastra, melainkan unsur pembentuk dari luar. Karya sastra berusaha mengungkap persoalan-persoalan yang dihadapi manusia. Persoalan-persoalan itu sebagian ada yang terpecahkan dan sebagian tidak ditemukan jalan keluarnya.
Karena itu, Goldmann mencoba mengembangkan metode dialektik. Prinsip dasar dari metode dialektik yang membuatnya berhubungan dengan masalah koherensi di atas adalah pengetahuannya mengenai fakta-fakta kemanusiaan yang akan tetap abstrak apabila tidak dibuat kongkret dengan mengintegrasikan ke dalam keseluruhan (Goldmann dalam Faruk, 1999b:19-20).
Metode dialektik mengembangkan dua konsep, yaitu “Pemahaman-penjelasan” dan “Keseluruhan-bagian.” Pemahaman adalah pendeskripsian struktur objek yang dipelajari, sedangkan penjelasan adalah usaha menggabungkan ke dalam struktur yang lebih besar (Goldmann dalam Faruk, 1999b:21). Pada dasarnya pengertian konsep “Pemahaman-penjelasan” sangat berkait dengan konsep “Keseluruhan-bagian.”
Pada penjelasan konsep fakta kemanusiaan telah dikemukakan bahwa terdapat dua fakta, yaitu fakta individual dan fakta sosial. Fakta individual baru memiliki arti penting jika di tempatkan dalam keseluruhan. Sebaliknya, keseluruhan mempunyai arti karena merupakan respon-respon dari bagian-bagian yang membangunnya. Konsep “Keseluruhan-bagian” memilki keterkaitan untuk saling melengkapi dalam memberi arti dari “keseluruhan” dan “bagian” itu sendiri.






















v  Metode Dialektik

Goldmann memeperkenalkan metode penelitian sastranya sebagai berikut:
a)    Penelitian terhadap karya sastra dilihat sebagai suatu kesatuan.
b)    Karya sastra yang dianalisis hanyalah karya yang mempunyai nilai sastra yang mengandung tegangan antara keragaman dan kesatuan dalam suatu keseluruhan yang padat(a coherent whole).
c)    Jika kesatuan telah ditemukan kemudian dianalisishubungannya dengan latar belekang sosial. Sifat hubungan tersebut (1) yang berhubungan dengan latar belakang sosial adalah unsur kesatuan dan (2) latar belakang yang dimaksud adalah pandangan dunia suatu kelompok sosial,yang dilahirkan oleh pengarang sehingga hal tersebut dapat dikonkretkan.

Untuk melengkapi cara kerja metode dialektik, Goldmann mengembagkan dua pasangan konsep berupa “keseluruhan-bagian” dan “pemahaman-penjelasan”.
Konsep “keseluruhan-bagian” mengacu pada pengertian bahwa setiap fakta atau gagasan individual akam memiliki arti apabila ditempatkan dalam keseluruhan. Keseluruhan hanya bisa di mengerti dengan pengetahuan tentang pengetahuan tentang bagian-bagian yang membangun keseluruhan itu.
Konsep “pemahaman-penjelasan” mengandung pengertian bahwa pemahaman merupakan usaha pendeskripsian struktur objek yang dikaji, sedang penjelasan merupakan usaha mengabungkan struktur objek tersebut ke dalam struktur yang lebih besar(Goldmann,1977:5).














v  Apresiasi terhadap Teori

Teori strukturalisme-genetik yang disampaikan oleh Lucien Goldmann sangat mengutamakan narasi-narasi besar. Ia menyampaikan karya-karya satra yang kompleks dan mengandung kesatuan. Artinya,aplikasi teori strukturalisme-genetik ini sangat terbatas pada karya-karya besar. Konsep ini sangatkarena tidak menerang jelaskan mengenai ciri atau syarat kekompleksan dari karya-karya sastra besar tersebut. Hal ini memang sangat membingungkan pembaca.

Bandingan antara teori sosiologi sastra Swingewood dan Lucien Goldmann dapat dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Swingewood
Lucien Goldmann
Persamaan
a)    Memandang aspek sosial dan sastra
b)    Aliran marxis
c)    Ada ketidak konsistenan dalam penerapan teori antara positivistikdan dialektik
d)    Mengutamakan narasi besar, pengarang besar, karya sastra besar
e)    Mengenyampingkan budaya pop/sastra pop
f)     Memandang kelas hadir dalam karya sastra
g)    Memandang aspek sosial dan sastra
h)   Aliran marxis
i)     Ada ketidak konsistenan dalam penerapan teori antara positivistikdan dialektik
j)      Mengutamakan narasi besar, pengarang besar, karya sastra besar
k)    Mengenyampingkan budaya pop/sastra pop
l)     Memandang kelas hadir dalam karya sastra

Perbedaan
a)    Memandang penting isi untuk mengetahui makna
b)    Adanya kompromi kelas terutama di inggris
c)    Tidak perlu pandangan dunia ataupun genetik karena makna ditemukan dari isi karya
d)    Mengakui pengarang yang dipengaruhi oleh latar sosial tempat tinggal pengarang
e)    Isi tidak penting.yang lebih penting adalah struktur.adanya homologi antara sastra dan sosial
f)     Adanya pertentangan kelas dalam karya sastra
g)    Mencari genetik dan pandangan dunia karena isi tidak penting

BAB III

PENUTUP

Ø  Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka strukturalisme genetik memandang karya sastra tidak hanya sebagai yang memilki struktur yang lepas-lepas, melainkan adanya campur tangan faktor-faktor lain (faktor sosial) dalam proses penciptaannya. Karya sastra dipahami sebagai totalitas perpaduan struktur dalam dan struktur luar.


Apabila dirumuskan dalam bentuk definisi, strukturalisme genetik pada prinsipnya adalah teori sastra yang berkeyakinan bahwa karya sastra tidak semata-mata merupakan suatu struktur yang statis dan lahir dengan sendirinya, melainkan merupakan hasil strukturasi struktur kategoris pikiran subjek penciptanya atau subjek kolektif tertentu yang terbangun akibat interaksi antara subjek itu dengan situasi sosial dan ekonomi tertentu (Faruk, 1999:13).











BAB IV
Daftar Pustaka

o   I Nyoman Yasa,S.PD.,M.A.2012.Teori Sastra dan Penerapannya.Bandung:Karya Purta Darwati.


o   http://teoristrukturalisme-genetik.com.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 FAKTA FIVE MINUTES

Meresume Profesi Pendidikan