Tugas Menyimak



DWI SITI PRATIWI
A1A013001
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA/ 1A

Ceramah: KH. Zainuddin MZ
Bulan Ramadhan Sebagai Bulan Berbagi

Sekarang ini banyak orang merasa pintar, tapi sedikit orang yang pintar merasa. Merasa pintar itu sering menimbulkan kesombongan,tapi orang yang pintar merasa itu sering menimbulkan kebijakan. Tidak bisa kita mendidik orang cinta fakir miskin hanya lewat seminar, simposium, di bacakan makalah, di bicarakan penderitaan orang lapar tapi yang pidato orang kenyang  semua dari mana kepekaan itu mau tumbuh. Tidak bisa kita mengajar anak berenang hanya teori saja tapi nggak pernah dibawak ke kolam, nah, ini puasa secara direct rasakanlah lapar dan haus enak apa enggak. Kalau kau tahu lapar hausnya enak, maka laparmu sebentar hausmu sekejab. Jika maghrib datang lapar hilang haus lenyap dan sudara-saudaramu yang terkapar di kolong jembatan, janda-janda rua yang merintih kelaparan setiap hari merasakan seperti ini. Tanpa tahu kapan hidupdan nasibnya akan berubah. Nah, dari situ timbul kepekaan. Kepekaan membangun kepedulian dan kepedulian biasanya dan kepedulian biasanya membangun semangat kebersamaan. Itu yang orang tua kita istilahkan “ringan sama di jinjing, berat sama dipikul”, duduk kita sama rendah berdiri kita sama tegak. Oleh sebab itu dalam Hadist ALLAH SWT menyebutkan ada goongan yang dicintai ALLAH salah satunya adalah
“aku cinta orang yang pemurah, aku cinta orang yang ringan tangan, aku cinta orang yang suka memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkannya. Tapi aku lebih cnta lagi kepada orang miskin yang pemurah”.
Jadi kalau si kaya sedekah 5 ribu orang miskin sedekah 5 ribu, sam 5 ribunya tapi lebih besar pahala si miskin karena buat si kaya apalh arti uang 5 ribu, tapi buat si miskin dia harus peras keringt, banting tulang namun dia berani. Jadi itu bagaimana puasa membangun kepedulian dengan merasakan lapar dan haus.
Pada mulanya islam itu membebaskan manusia dari rasa diskriminasi, mengikat manusia dalam persaudaraan akidah namun orang datang apapun warna kulitnya, dari manapun suku dia di lahirkan kalau akidahnya sama itu adalah saudara kita. Kemudian dalam menjalin semangat persaudaraan maka diajarkan soal kepedulian, kedermawanan keinginan untuk menolongorang lain yang memerlukan pertolongan sehingga hadist menyatakan “ aku cinta orang yang ringan tangan, enteng dalam memberi pertolongan, enteng dalam membatu orang yang memerlukan bantuan”.
Bulan ramadhan ini kesempatan untuk berbagi, menimbulkan kepekaan. Masalah paling pokok di Indonesia kan, kita masih bergelut dengan kemiskinan dan keterbelakangan yang padahal sebagai negara besar yang kaya sudah tidak pantas Indonesia bicara soal kemiskinan, sudah tidak pantas indonesia bicara soal ketertinggalan. Mestinya kita sudah tidak bicara lagi soal kemiskinan, negara kita besar. Sumberdaya alam kita luar biasa, tapi masih saja berbicara soal kemiskinan, soal keterbelakangan dan sebagainya. Walaupun barang kali faktor urusnya jauh lebih besar dari faktor kemiskinannya itu. Oleh karena itu di tuntut kepedulian di tuntut keinginan berbagi. Ada rasa bahagia membahagiakan orang lain sehingga melaksanakan ibadah puasa membuat bias dalam kehidupan, membangun manusia yang punya kepedulian sosial yang tinggi, punya empati. Sekali lagi kepekaan menimbulkan kepedulian melahirkan semangat kebersamaa. Dari kebersamaan itulah yang kita perlukan sekarang ini. Sehingga berdua pasti lebih baik dari pada sendiri, bertiga pasti lebih baik dari pada berdua. Semakin banyak banyak kita bergabung sehingga semakin kuat untuk kesejahteraan umat dimasa yang akan datang.
Ada hadist yang mengajarkan bersihkan hartamu dengan zakat. Kata-kata membersihkan itu memberikan gambaran tentang sesuatu yang pada awalnya memang bersih namun terkena kotoran itu yang bisa di bersihkan. Sarung saya kena tanah/ kotoran nah, itu sarungnya yang dapat di bersihkan. Tapi kalau kotolannya sendiri kan tidak bisa di bersihkan karena memang kotoran. Jadi sesuatu yang jelas dari yang haram tidak mungkin bisa di bersihkan dengan cara membayar zakat dan lain sebagainya. Jadi kalau harta kita bercampur yang haram, bercampur yang tidak baik itu yang kita harap di bersihkan oleh zakat tapi, kalau memang mutlak dari tepat yang haram, mutlak hasil korupsi, mutlak hadil mencuri, bagaimana kotoran mau dibersihkan. Tidak bisa membersihkan kotoran. Buat saya yang penting adalah membangun kepentingan sosial karena menurut saya masalah masalah utama dari bangsa kitakan masih berputar di soal kemiskinan walaupun sebenarnya sudah tidak pantas lagi Indonesia berbicara soal kemiskinan. Sudah tidak pantas lagi. Coba bayangkan kita ini oleh ALLAH di karuniai negara yang begini besar dan kaya. Besar karena pulaunya saja 17 ribu pulau dan kaya.
 Indonesia ini buminya subur di atas peru buminya segala tanaman hidup. Pernah orang Arab bilang Indonesia ini hebat, tanahnya subur tongkat di tanam jadi pohon. Di Arab pohon ditanam jadi tongkat. Tanahnya subur di bawah perut buminya masyaallah, gas, minyak, batu bara, lumpur, apalagi dasyat. Lautnya kaya, hutannya kaya. Kekayaan negeri ini kan harus digunakan bagi sebesr-besar kemakmuran rakyat itu amanat pasal 33. Kalau di salah gunakan pastilah ada efek lain yang niip ini pastilah kurang senang kepada kita. Jadi yang terjadi sebenarnya bukan kemiskinan tapi pemiskinan. Pemiskinan struktural bukan kemiskinan struktural. Karena itu kepedulian sosial diperlukan untuk mengikuti, mengatasi masalah besar yang kita hadapi sebagai bangsa dan kemiskinan moral jauh lebih bahaya dari pada kemiskinan ekonomi. Presiden kita sendiri mengajak para ulama berjihad memperbaiki akhlak bangsa sehingga dijadikan catatan, itu artinya akhlak bangsa sudah di ujung tanduk, akhlak bangsa sudah jadi taruhan. Baik akhlak kepada ALLAH, akhlak kepada sesama manusia maupun akhlak kepada lingkungan hidup.
Akhlak kepada ALLAH caranya dengan tidak menyekutukan ALLAH, jangan menyembah selain kepada-NYA. Akhlak kepada sesama membangun kerukunan antar umat seagama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar umat beragama dan pemerintah. Ahlak kepada lingkungan hidup menterjemahkan watak kita tidak pernah ramah kepada alam jadi pantas alam tidak lagi ramah kepada kita.  Kita tidak mengembangkan lagi sikap jadi pantas alampun tidak lagi ramah dengan kita. Saya merasa bawa dengan membangkitkan kepeduian sosial di bulan sucu ramadhan ini semakin besar pengaruhnya dalam ikut membantu masalah-masalah besar yang di hadapi bangsa yaitu kemiskinan dan lebih bahaya dari kemiskinan ekonomi adalah kemiskinan moral.

Komentar yang dapat saya sampaikan adalah:
1.     Bulan ramadhan adalah tempat kita untuk berbagi.
2.     Bulan ramadhan ini mengajarkan kita untuk merasakan apa yang orang miskin rasakan.
3.     Kepekaan dapat menimbulkan rasa kebersamaan dan berbagi terhadp sesama.
4.     Kita harus menjaga sumber daya yang ada di negara kita supaya tidak ada rakyat yang kelaparan dan dapat mengurangi kemiskinan.














DWI SITI PRATIWI
A1A013001
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA / 1A

Kesulitan – kesulitan dalam Menyimak
Kendala Hambatan dalam Menyimak Efektif
Menurut Tarigan (dalam Sutari, dkk 1997:117-118) mengemukakan beberapa alasan yang menyebabakan pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik yaitu:
  1. Pelajaran menyimak relatif baru dinyatakan dalam kurikulum sekolah.
  2. Teori prinsif dan generalisasi mengenai menyimak belum banyak diungkapkan
  3. Pemahaman terhadap apa adan bagaimana menyimak itu masih minim
  4. Buku teks dan buku pegangan guru dalam pelajaran menyimak sangat langka
  5. Guru-guru bahasa Indonesia kurang pengalaman dalam melaksanakan pengajaran menyimak
  6. Bahan pengajaran menyimak sangat kurang
  7. Guru-guru Bahasa Indonesia belum terampil dalam menyusun bahan pengajaran menyimak
  8. Jumlah murid perkelas terlalu besar.
Hambatan-hambatan tersebut semakin bertambah dalam pembelajaran sastra karena adanya anggapan bahwa pembelajaran sastra kurang bermanfaat bagi kehidupan siswa. Metode yang digunakan dalam pembelajaran sastra kurang bervariasi sehingga menyebabakan kebosanan pada siswa.Sealin itu,guru cendrung kurang memotivasi siswa untuk belajar sastra dan media untuk pembelajaran sastra kurang mencukupi kebutuhan serta siswa belum mempunyai budaya untuk belajar sastra.







Faktor-faktor yang menyebabkan siswa kurang menyimak :
1.     Pemahaman siswa terhadap keterampilan menyimak masih kurang
Siswa kurang memahami teori dan manfaat menyimak.Untuk itu,guru harus memberikan pengetahuan kepada siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan menyimak dan perannya dalam kehidupan mereka.
2.    Siswa merasa kurang mendapat manfaat dari belajar menyimak kurang termotivasi untuk belajar

Hal ini terjadi karena siswa beranggapan bahwa mendengarkan cerita adalah hal biasa yang sering mereka lakukan ketika kecil.Melihat kegiatan ini guru harus memberitahukan manfaat menyimak.
3.     Media pembelajaran menyimak yang kurang mencukupi dan belum dimanfaatkan secara efektif
Media seperti tape recorder jumlahnya terbatas sehingga penggunaannya harus bergantian dan menyesuaikan dengan kegiatan lain yang memanfaatkan media tersebut. Dalam proses belajar mengajar guru terkadang enggan menggunakan media yang ada karena pemanfaatannya memerlukan berbagai persiapan sehingga media tidak difungsikan secara efektif.
4.     Teknik pembelajaran menyimak yang kurang bervariasi
Dalam pembelajaran menyimak guru hanya membacakan teks dan siswa diminta menyimak. Guru seharusnya menerapakan teknik pembelajaran yang lebih bervariasi dan memanfaatkan media yang tersedia.



5.     Jumlah siswa telalu banyak
 Dengan jumlah siswa 40 orang, guru dituntut untuk memilih teknik pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Selain itu, guru harus menguasai pengelolaan kelas secara baik.
6.     Ruang belajar belum menunjang pembelajaran menyimak
Ruang kelas berdekatan dengan jalan raya sehinnga siswa mudah terganggu suara dari luar.Keadaan ini sulit diatasi karena kondisi setiap kelas hampir sama dan belum memiliki laboratorium bahasa



Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 FAKTA FIVE MINUTES

Meresume Profesi Pendidikan

STRUKTURAL GENETIK